Pariwisata

Pariwisata

Mesjid Pati di tahun 1930-an

Waduk Gunung Rowo

Waduk Gunung Rowo merupakan sebuah waduk yang terletak di desa Sitiluhur, kecamatan Gembong. Waduk ini terletak di lembah di antara beberapa puncak bukit di lereng Gunung Muria sebelah timur. Luas areal area waduknya sekitar +320 Ha. 

Sejarah

Menurut catatan Kantor Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah setempat, waduk ini dibangun semasa pemerintahan Belanda] pada tahun 1928. 

Kapasitas

Waduk Gunung Rowo memiliki luas +320 Ha dan mampu menampung air sekitar 5,5 juta meter kubik, sekaligus juga sebagai suplai bagi Waduk Seloromo. Dulu Waduk Gunung Rowo bersama Waduk Seloromo mampu mengairi sawah seluas sekitar 10.000 hektar, yang tersebar di wilayah Kecamatan Margorejo, Gembong, Wedarijaksa, Juwana, Tlogowungu, dan Pati. 

Daya tarik

Selain sebagai sarana penampungan air, waduk ini juga berfungsi sebagai salah satu tempat tujuan wisata di kabupaten Pati meskipun belum dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah setempat.
Di sebelah timur waduk ini terdapat tanggul penahan air yang sekaligus berfungsi sebagai jalan raya untuk kendaraan yang melintasi waduk. Bila kita berdiri di atas tanggul dan menghadap ke timur, kita bisa melihat Laut Jawa secara jelas apabila cuaca sedang dalam kondisi cerah.
Pada saat musim penghujan, air waduk ini akan naik volumenya akibat aliran dari 3 buah sungai yang menjadi sumbernya. Pada saat itu pada permukaan air waduk dapat kita saksikan keindahan dari pemantulan bayangan Gunung Muria yang menjadi latar belakangnya.
Lokasi waduk sangat mudah dijangkau dari Kota Pati sebagai ibukota kabupaten. Dengan banyaknya angkutan kota yang tersedia sampai sore hari, dengan satu kali naik angkutan (Jurusan Pati - Gunung Rowo) sampailah kita ke ujung jalan yang merupakan pintu masuk Waduk Gunung Rowo. Juga bagi yang membawa kendaraan pribadi akan mudah karena tidak banyak persimpangan yang harus di lalui dan hanya mengkuti satu jalan utama yang akan mengantar kita sampai ke lokasi.
Waduk ini berfungsi juga sebagai tempat bagi penduduk setempat yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan di mana mereka biasa menjala ikan yang cukup melimpah di waduk ini. Tidak heran banyak penjual ikan olahan yang membuka warung di sekitar waduk dengan harga terjangkau. 

Lain-lain

Di sebelah atas waduk merupakan Bumi Perkemahan yang pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Jambore Daerah Gerakan Pramuka Kwarda Jawa Tengah pada tahun 1992.

Banyu Urip

Di daerah Margorejo terdapat mata air yang cukup besar, yang digunakan untuk kolam renang. Nama tempat tersebut adalah Banyu Urip. Di sekitarnya terdapat perkebunan jambu monyet (mete).

Waduk Seloromo

Waduk Seloromo adalah sebuah waduk yang terletak di lereng sebelah timur gunung Muria. Secara administratif, waduk ini terdapat di kecamatan Gembong kabupaten Pati provinsi Jawa Tengah, Indonesia.Waduk ini pertama kali dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda pada sekitar tahun 1930. Di sebelah barat waduk ini juga terdapat waduk Gunung Rowo yang merupakan salah satu penyuplai air ke waduk ini.
Waduk yang sebagian besar terletak di desa Gembong kecamatan Gembong kabupaten Pati ini, sekarang menjadi sumber pendapatan bagi desa Gembong dan sekitarnya. Selain sebagai sumber pengairan bagi lahan pertanian (sawah) di kecamatan Gembong dan kecamatan-kecamatan sekitar seperti Wedarijaksa, Juwana, Tlogowungu, dan Pati juga dipergunakan sebagai lokasi pembudidayaan ikan tawar.
Letaknya yang tepat di tengah-tengah ibukota kecamatan sehingga mudah diakses, menjadikan lokasi ini sebagai salah satu tempat wisata alternatif di kabupaten Pati. Selain itu di sekitar area waduk juga sering digunakan sebagai tempat berkemah.
Wareh adalah nama sebuah gua kecil yang terletak di kaki perbukitan Pegunungan Kapur Utara, tepatnya di Desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Indonesia, sekitar 15 km arah selatan Kota Pati.

Fisik gua

Meskipun hanya merupakan sebuah gua kecil dengan panjang tidak lebih dari 200 meter, namun gua ini mempunyai mitos yang lekat di mata penduduk sekitar. Selain itu, air yang mengalir dari dalam gua ini menjadi salah satu sumber air utama bagi desa setempat dan sekitarnya. Baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk mengairi sawah dan ladang.
Bahkan, hampir sebagian besar masyarakat desa menggunakan mulut gua dan sekitarnya sebagai tempat mandi umum. Selain sudah melekat menjadi tradisi, diyakini air yang keluar dari mulut gua ini mempunyai khasiat yang tidak sedikit. Karenanya, tua-muda, lelaki maupun perempuan bergantian mandi di mulut gua ini. Bahkan tidak jarang pengunjung dari luar daerah pun ikut mencobanya.

Mitos

Mitos gua ini erat sekali hubungannya dengan tokoh Semar yang merupakan sesepuh Punakawan dalam cerita pewayangan. Menurut cerita yang turun temurun, dulunya, di gua inilah Semar sempat beristirat dan bersemadi. Kebenarannya, wallahua'lam.
Namun yang pasti berdasarkan mitos tadilah, hingga sekarang banyak orang yang datang ke gua ini untuk melakukan ritual spiritual. juga untuk mengambil air dari dalam gua yang diyakini berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Selain banyak dikunjungi oleh para pelaku spiritual maupun masyarakat awam yang hanya ingin berekreasi, gua ini juga banyak dikunjungi oleh para Pecinta Alam mengingat di sekitar gua terdapat berbagai lokasi yang enak digunakan untuk camping dan panjat tebing. Selain itu, keramahan penduduk setempat terhadap semua pendatang semakin memberikan kesan yang mendalam.

Obyek lainnya

Di samping Gua Wareh masih terdapat lagi Gua Lawa yang di dalamnya terdapat kubangan air yang sangat luas dan dalam. Di depan gua ini terdapat sebuah aliran sungai dangkal yang diapit oleh dua tebing curam di sisinya. Semakin disusuri ke hulu, sungai semakin terjal dengan batu-batu gunung besar yang menciptakan puluhan air tenjun kecil. Sayang di saat musim kemarau sungai ini mengering.
Di atas Gua Wareh terdapat tebing-tebing batu kapur yang sangat terjal. Tebing-tebing ini sering kali digunakan oleh para Pecinta Alam untuk menguji adrenalinnya. Karena itu di daerah ini sering menjadi ajang camping dan pelatihan panjat tebing bagi para pecinta alam dari seantero Kabupaten Pati bahkan kabupaten-kabupaten sekitarnya.
Gua, sungai, tebing dan kerasnya perbukitan kapur memberikan tantangan kepada setiap orang yang menyukai kegiatan out bond. Selain itu setiap hari libur tempat ini selalu ramai oleh pengunjung dari berbagai daerah di sekitarnya, apalagi untuk masuk tempat ini tidak dipungut biaya apapun. Sayang, potensi pariwisata ini belum dikelola dengan baik. Bahkan seiring dengan maraknya penambangan batu kapur liar sedikit meninggalkan torehan yang buruk.

Gua Wareh

Wareh merupakan suatu daerah di Desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo yang terletak di lereng Pengunungan Kapur Utara. Gua Wareh memang hanya merupakan gua kecil dengan panjang tak lebih dari seratus meter namun dari dalamnya mengalir air jernih tanpa henti sepanjang tahun. Selain menjadi sumber mata air bagi penduduk sekitar, Gua Wareh memiliki mitos yang sangat sakral. Air dari dalam gua ini dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Di samping Gua Wareh masih terdapat lagi Gua Lawa yang di dalamnya terdapat kubangan air yang sangat luas dan dalam. Di depan gua ini terdapat sebuah aliran sungai dangkal yang diapit oleh dua tebing curam di sisinya. Semakin disusuri ke hulu, sungai semakin terjal dengan batu-batu gunung besar yang menciptakan puluhan air tenjun kecil. Sayang di saat musim kemarau sungai ini mengering.
Di atas Gua Wareh terdapat tebing-tebing batu kapur yang sangat terjal. Tebing-tebing ini sering kali digunakan oleh para Pecinta Alam untuk menguji adrenalinnya. Karena itu di daerah ini sering menjadi ajang camping dan pelatihan panjat tebing bagi para pecinta alam dari seantero Kabupaten Pati bahkan kabupaten-kabupaten sekitarnya.
Gua, sungai, tebing dan kerasnya perbukitan kapur memberikan tantangan kepada setiap orang yang menyukai kegiatan out bond. Selain itu setiap hari libur tempat ini selalu ramai oleh pengunjung dari berbagai daerah di sekitarnya, apalagi untuk masuk tempat ini tidak dipungut biaya apapun. Sayang tempat yang indah ini sedikit terganggu oleh maraknya penambangan batu kapur dan pengambilan fosfat.

 Tadah Hujan

Air Terjun Tadah Hujan
Air terjun setinggi 75 meter di Kecamatan Sukolilo ini menjadi tempat yang mengasyikkan bagi para muda mudi yang sedang memadu cinta. Meskipun airnya kurang jernih dan bagian bawah air terjun kurang nyaman untuk mandi dan bermain air, namun lokasinya yang di apit oleh tebing di kanan kirinya menimbulkan suasana yang tenang dan romantis. Selain itu tak jauh di sebelah bawah tersedia sebuah kolam renang berair jernih. Sayang lokasi wisata yang dikelola pemerintah desa setempat ini masih kurang mendapat perhatian dan perawatan.

Gua Pancur

Sebuah gua besar dan panjang yang di dalamnya diairi air setinggi orang dewasa. Konon panjangnya mencapai belasan kilometer, namun yang bisa dijelajahi dengan alat seadanya hanyalah berkisar kurang dari satu km.
Gua yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Kayen Kabupaten Pati ini pernah pernah menjadi ajang digelarnya Raimuna Daerah Gerakan Pramuka se-Jawa Tengah pada tahun 1996. Sayang lokasi wisata yang awalnya mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten sekarang terbengkalai.

Air Terjun Santi

Seperti nasib berbagai tempat indah lainnya di Kabupaten Pati, lokasi yang memiliki 3 air terjun ini tidak pernah mendapat perhatian dari Pemda Pati. Namun mugkin karena itu, ketiga air terjun yang bersembunyi di lereng Gunung Muria yang rimbun dan asri ini memiliki nilai eksotis tersendiri. Apalagi karena letak desa Santi yang jauh dari keramain. Jangankan oleh orang luar, orang Pati sendiri banyak yang belum mengenal daerah ini.

Perkebunan Kopi dan Bumi Perkemahan Jolong

Puncak Muria dilihat dari Jolong
Berlokasi di lereng Muria dengan ketinggian sekitar 1000 meter, perkebunan kopi yang merupakan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda dan kini di kelola oleh PTPN (PT. Perkebunan Nasional) ini memiliki pemandangan yang menakjubkan. Selain itu masih bisa disaksikan juga, pabrik pengolahan kopi dan berbagai peralatannya yang masih berfungsi baik meski telah dimakan usia.
Di dekat perkampungan karyawan perkebunan disediakan sebuah bumi perkemahan yang sangat refresentatif. Bumi perkemahan ini seluas lapangan bola dengan rumput yang halus apalagi terletak di sisi jurang yang menghadap ke Gunung Muria hingga memiliki pemandangan alam yang segar dan sangat memanjakan mata kita. Didukung pula dengan arena penjelajahan dan lintas alam yang sangat menantang. Melintasi perkebunan kopi, tebing dan jurang, beberapa air terjun kecil dan sungai kecil berbatu yang memberikan tantangan sekaligus keindahan. Air bersih dan sarana MCK juga tersedia di sini engan kualitas air yang tidak perlu diragukan lagi. Benar-benar kita akan merasakan alam yang benar-benar masih murni dan asli.
Tak cukup itu. Bagi para pecinta alam, wilayah yang termasuk dalam Kecamatan Gembong ini bisa dijadikan salah satu rute alternatif untuk mencapai puncak-puncak tertinggi Gunung Muria seperti Songolikur (Saptorenggo) dan Argojembangan.
Suasana akan makin istimewa bila tiba saatnya kopi berbunga. Biasanya jatuh pada pancaroba menjelang musim hujan sehingga segarnya udara yang mulai dingin bercampur dengan aroma bunga kopi yang begitu wangi semerbak terbawa angin. Benar-benar membuat kita seolah berada di dunia yang belum pernah kita rasakan sebelumnya.

Bumi Perkemahan Regaloh

Berada dalam naungan Perum Perhutani, Bumi Perkemahan yang terletak di Kecamatan Tlogowungu ini mempunyai kapasitas yang besar (mampu menampung lebih dari 4000 peserta) dan udara yang amat segar karena selain masih berada di lereng Gunung Muria, juga lantaran rimbunnya pepohonan yang ada di Bumi Perkemhan tersebut.
Kegiatan Kepramukaan yang dilaksanakan di Regaloh
Di sekitar Bumi Perkemhan kita dapat menikmati berbagai panorama seperti; Hutan Bambu (dengan ratusan jenis koleksinya), perkebunan murbei (makanan utama ulat sutra), Hutan Jati, pengembangbiakan lebah madu dan pengembangbiakan ulat sutra serta pemintalan benangnya. Di dukung lagi lokasinya yang mudah untuk dijangkau.
Karena tidak mengherankan jika tempat ini menjadi salah satu Bumi Perkemahan favorite di Kabupaten Pati selain Bumi Perkemahan Jolong.

Makam mBah Mutamakkim dan mBah Ronggo

Tempat rekreasi religius yang terletak di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso ini tak pernah sepi dari kunjungan para penziarah yang datang dari berbagai pelosok Kabupaten Pati, apalagi setiap malam Jum’at. Tidak sedikit pula yang berasal dari kota-kota lain bahkan dari luar pulau. Lokasinya yang berada di tengah-tengah komunitas santri dengan puluhan Pondok Pesantren, semakin mengentalkan nuansa religiusnya.
mBah Mutamakkim dan mBah Ronggo adalah seorang Waliyullah yang teramat dikeramatkan oleh penduduk Pati. Karenanya Haul mBah Mutamkkim yang digelar setiap tanggal 10 bulan muharam dan Haul mbah Ronggo setiap tanggal 10 bulan shafar ratusan ribu orang memadati daerah ini. Acara Haul sendiri digelar selama satu minggu

Agrowisata

Potensi Lokasi
Keanekaragaman panorama dan tumbuhan hortikultura, tanaman perkebunan, dan tanaman pangan. Di sepanjang lereng Gunung Muria bagian timur yang terletak di Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Cluwak.

Wisata Air

Potensi Lokasi
Perairan budidaya ikan air tawar (tambak) seluas 185 Ha. Desa Talun.

Air Terjun Grenjengan Sewu

Keterangan Potensi Lokasi Fasilitas
Air terjun setinggi ± 75 m. Air terjun yang berada di tengah panorama alam yang indah, kondisi masih alami dan belum digarap. Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal, ketinggian 485 m di atas permukaan laut. Jarak dari Kota Pati ± 27 Km. Jalan beraspal dan lapisan makadam sampai di Desa Jrahi.

Sendang Tirta Marta Sani

Pintu masuk kolam renang dan kolam pemancingan
  • Objek Wisata : Kolam renang dan wisata spiritual
  • Fasilitas : Paseban tempat mengheningkan diri mohon pada Sang Pencipta
  • Padusan : Sumber air yang berasal dari sendang, konon menurut cerita, sumber air tersebut merupakan tempat air wudhu Sunan Kalijaga, tetapi “disisani” (bahasa Jawa) oleh pengawalnya. Pengawalnya kemudian disabda menjadi seekor bulus oleh Sunan Kalijaga.
  • Kolam renang dan arena permainan anak
  • Kolam pemancingan ikan
Di kompleks tersebut juga terdapat makam Adipati Pragolo (Bupati Pati pada zaman Kerajaan Mataram)
Pendopo: sarana pentas kesenian khas Pati Areal parkir dan jalan beraspal, jarak ± 4 Km dari Kota Pati

Pintu Gerbang Majapahit

  • Objek Wisata : Situs peninggalan Gerbang Majapahit
  • Peninggalan sejarah berupa Pintu Gerbang terbuat dari kayu jati. Pintu gerbang ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diangkat oleh Kebo Nyabrang sebagai persyaratan untuk diakui sebagai Putra Sunan Muria. Namun setelah tiba di Desa Rondole, Kebo Nyabrang tidak mampu lagi mengangkat dan tidak mampu melanjutkan perjalanan kemudian menunggui pintu gerbang tersebut sampai meninggal dunia.
  • Terletak di Desa Rendole, Kecamatan Margorejo, jarak dari kota Pati 4 Km.
  • Berdekatan dengan obyek wisata Sendang Tirta Sani.

Makam Mbah Tabek Merto

  • Obyek wisata : Kompleks makam kuno terletak di Dukuh Domasan, Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo.
  • Makam ini diperkirakan telah ada sejak abad ke XVI pada masa awal penyebaran agama Islam di Indonesia.
  • Ditinjau dari bentuk makam, bentuk nisan dan letak pemakaman, maka makam kuno ini dapat disejajarkan dengan usia makam yang ada di Demak pada masa Kerajaan islam di Demak.
  • Berdasarkan namanya, Tabek berasal dari bahasa Arab dari kata tabi’a yang berarti yang mengikuti atau pengikut. Yang dimaksud pengikut di sini adalah pengikut para penyebar agama islam pada masa itu, yaitu para wali atau wali songo.
  • Kompleks pemakaman kuno saat ini banyak dikunjungi orang karena diyakini mempunyai hubungan dengan para wali.

Makam Saridin / Syeh Jangkung

  • Objek Wisata : Makam Saridin atau terkenal dengan nama Syeh Jangkung konon merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo).
  • Makam tersebut terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen.
  • Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.
  • Makam ini banyak dikunjungi orang setiap hari Jum’at Kliwon dan Jum’at Legi.
  • Upacara khol dilaksanakan setiap 1 tahun sekali yaitu pada bulan Rajab tanggal 14-15 dalam rangka penggantian kelambu makam.